Supomo, salah satu anggota PKM di Ngipik Candimulyo mulai mengembangkan usaha budidaya jamur sebagai upaya transformasi dalam keluarganya. Supomo memilih budidaya jamur tiram karena di daerah Candimulyo masih jarang yang membudidayakannya, sehingga masih terbuka peluang pasar. Selain itu, bahan bakunya pun mudah diperoleh di sekitarnya.
Bahan baku beruba sisa serbuk kayu dapat dengan mudah diperoleh dari depo-depo penggergajian kayu dan di kampung-kampung sekitarnya. Daripada menjadi limbah dan menggangu lingkungan, serbuk itu dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan log jamur. Pengolahan pembuatan log jamur cukup menggunakan kayu bakar yang didapatkan dari kebun. Karena orang-orang saat ini sudah memasak menggunakan gas LPG, sehingga kayu bakar tidak terpakai dan hanya membusuk di kebun.
Dalam usahanya membudidayakan jamur ini Supomo juga menjumpai tantangan, yaitu soal penyakit atau hama yang menyerang jamur. Namun Supomo menemukan cara untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan sanitasi kombong menggunakan desinfektan dan selalu menjaga kebersihan tempat produksi dan alat-alat yang digunakan. Tantangan yang lain adalah adanya saingan pasar. Supomo mengatasinya dengan memproduksi jamur yang bervariasi (jamur tiram putih dan jamur tiram cokelat) dan meningkatkan kualitas produk.
Dari pendampingan Pijar bekerja sama dengan Fakultas Bioteknologi UKDW keluarga Supomo telah mendapatkan manfaat dari usaha budidaya jamur. Dari segi ekonomi, mereka merasakan adanya tambahan pendapatan. Dari segi pengetahuan mereka memperoleh tambahan pengetahuan mengenai wirausaha dan budidaya jamur. Dari sisi karakter budidaya jamur ini dapat membantu orang lain dengan membagikan ilmu yang telah dimiliki untuk menjadi berkat.
Mushroom Cultivation by Supomo – Ngipik Candimulyo
Supomo, one of the PKM members in Ngipik Candimulyo, began a mushroom cultivation business in an effort to transform his family. Supomo chose to cultivate oyster mushrooms because it is rarely done in the Candimulyo area, so there are still market opportunities. As well as that, the raw materials are easily found in the neighbourhood.
Raw materials such as sawdust are easily obtained from sawmill depots and the surrounding villages. Instead of becoming waste and disturbing the environment, the powder is used as raw material for making mushroom logs. Mushroom log processing is possible using firewood from the field. Because people now use LPG gas for cooking the firewood is left unused and rots in the field.
In his efforts to cultivate these mushrooms, Supomo also encountered challenges such as diseases or pests that attack the mushrooms. However, Supomo found a way to overcome this, by sanitizing the kombong using disinfectants and maintaining the cleanliness of the production site and tools used. Another challenge is the presence of competition in the market. Supomo overcomes this by producing a variety of mushrooms (white oyster mushrooms and brown oyster mushrooms) and improving the product quality.
With Pijar's mentoring in collaboration with the UKDW Faculty of Biotechnology, the Supomo family has benefited from the mushroom cultivation business. From an economic point of view, they have gained additional income. In terms of knowledge they have also gained additional knowledge about entrepreneurship and mushroom cultivation. In terms of personal character, the mushroom cultivation has enabled them to share the knowledge they have learned with others and thus becoming a blessing to others.