Karena pola menerima bantuan yang berulang, semakin banyak komunitas yang menjadi tergantung kepada orang-orang luar, bahkan ada yang menolak jika si penolong datang tanpa membawa bantuan.
Namun diantara sekian banyak orang, ada dua rekan muda dari Mamasa Sulawesi Barat yang ingin maju dan membenahi pola pikir komunitas dimana mereka tinggal. Ketika mendapat kesempatan untuk pelatihan pemberdayaan masyarakat di Yogyakarta, mereka menyambut dengan antusias dan berani keluar dari kebiasaan. Dengan membawa harapan untuk mendapat wawasan baru dan melihat langsung pola pemberdayaan yang dilakukan di Jawa.
Selain dari Mamasa, peserta pelatihan pemberdayaan masyarakat bulan Juni ini cukup bervariasi. Mereka datang dari berbagai propinsi, lokasi komunitas yang ditolong, maupun dari sisi usia peserta. Hal ini menyebabkan diskusi materi menjadi lebih aplikatif sesuai konteks karena peserta saling memberi informasi kondisi lokal yang dialami. Diantaranya bagaimana menumbuhkan kepemilikan Masyarakat terhadap program yang dijalankan. Kesederhanan materi PKM dengan pola menggali wacana dari komunitas bisa menjawab kebutuhan tersebut, karena ide-ide masyarakat dihargai dan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa mereka bisa mandiri.
“Sebelumnya saya takut untuk memulai masuk di komunitas karena perbedaan adat budaya, rentang usia dan tingkat pemahaman masyarakat yang berbeda-beda. Tapi di pelatihan ini saya belajar tentang filosofi pemberdayaan masyarakat holistic dan kemampuan praktis bagaimana memfasilitasi proses penemuan solusi tanpa kesan menggurui. Pelatihannya menyenangkan dan bermanfaat” kesan yang disampaikan EL dari Bandung. Masing – masing peserta dibantu untuk membuat rencana penerapan bagi tempat masing-masing, dan didampingi dalam mentoring selama tiga bulan pasca pelatihan.
Community Empowerment Training in Yogyakarta
Due to repeated patterns of receiving help, more and more communities are becoming dependent on outsiders, some even refusing to come without help. But among the many people, two young colleagues from Mamasa West Sulawesi want to move forward and improve the mindset of their community. When they got the opportunity for community empowerment training in Yogyakarta, they welcomed them enthusiastically and dared to get out of the ordinary, by bringing hope to gain new insights and see firsthand the pattern of empowerment in Java.
Apart from Mamasa, the participants of the community empowerment training in June are quite varied. They came from various provinces, locations of communities that were helped, as well as in terms of the age of the participants. This causes the material discussion to be more applicable according to the context because participants provide each other with information on local conditions experienced. Among them is how to grow community ownership of the programs run. The simplicity of PKM material with the pattern of exploring discourse from the community can answer these needs because people’s ideas are valued and foster confidence that they can be independent.
“Previously, I was afraid to start entering the community because of differences in cultural customs, age ranges, and different levels of understanding of the community. However, in this training, I learned about the philosophy of holistic community empowerment and practical skills on how to facilitate the process of finding solutions without being patronizing. The training was fun and useful” said EL from Bandung. Each participant was assisted in making an implementation plan for their respective places and was accompanied by mentoring for three months after training.